Membahas Fenomena Joki Strava
Halo gaes! Sesuai judul, kali ini kita akan membahas fenomena yang lagi viral yaitu Joki Strava.
Sebelumnya, siapa di antara kalian yang sudah menggunakan atau mendengar tentang Strava?
Kalau kalian penggemar olahraga lari, jalan, bersepeda, atau aktivitas outdoor lainnya, mungkin sudah tidak asing lagi dengan aplikasi yang satu ini. Strava bukan hanya sekedar alat untuk merekam aktivitas fisik, tapi juga menjadi ajang kompetisi virtual yang seru.
Namun, di balik keasyikan dan kegunaannya, ada fenomena yang cukup kontroversial yang belakangan ini viral di internet.
Yap, kita akan membahas sedikit tentang “Joki Strava“.
Apa Itu Strava?
Sebelum kita terlalu jauh, mari kita bahas dulu apa sih Strava.
Strava adalah sebuah aplikasi untuk para penggemar olahraga yang ingin memantau dan membagikan aktivitas fisik mereka. Mulai dari berlari, bersepeda, hingga aktivitas lainnya.
Strava merekam setiap detail seperti jarak tempuh, kecepatan rata-rata, elevasi, dan bahkan frekuensi denyut jantung dengan menggunakan perangkat GPS di smartphone atau perangkat pelacak khusus.
Tapi fitur yang paling menarik menurutku dari Strava adalah kemampuannya untuk menentukan segmen atau bagian rute tertentu yang dapat menjadi sebuah tantangan.
Misalnya, ada segmen untuk lintasan lari di taman favoritmu atau rute sepeda yang sering kamu lewati. Pengguna Strava bisa saling bersaing untuk mencatat waktu tercepat dalam segmen tersebut. Hal ini tidak hanya memotivasi untuk meningkatkan performa pribadi, tapi juga menambahkan elemen kompetisi yang seru di antara sesama pengguna.
Apa Itu Joki Strava?
Namun, seperti halnya dengan banyak kompetisi, ada potensi untuk melakukan kecurangan.
Dalam dunia Strava, orang-orang menyebutnya sebagai “Joki Strava”.
Joki Strava merupakan praktik di mana seseorang atau sekelompok orang membayar pihak lain untuk menggunakan akun mereka dan merekam aktivitas olahraga.
Biasanya, orang-orang menggunakan cara ini agar pencapaian olahraga mereka tercatat di akun strava meskipun yang sebenarnya terjadi adalah mereka tidak sedang berolahraga.
Misalnya, seorang pelari yang tidak memiliki waktu atau kemampuan untuk mencapai rekor waktu tertentu dapat menyewa joki strava untuk mencatatkan waktu yang lebih cepat menggunakan akun pelari tersebut.
Mengapa Menimbulkan Kontroversi?
Praktik joki strava ini tentu saja menimbulkan kontroversi di dunia maya. Sebagian besar pengguna Strava menggunakan aplikasi ini untuk memotivasi diri sendiri, mengukur kemajuan, dan berbagi pengalaman dengan teman-teman mereka.
Ketika ada orang yang menggunakan joki strava untuk mendapatkan pengakuan atau prestise dari komunitas. Ini nggak hanya akan merugikan integritas kompetisi, tapi juga bisa merusak semangat berolahraga yang sehat dan positif.
Meskipun begitu, ada dampak positif dari fenomena ini. Yaitu bisa sebagai alternatif penghasilan bagi yang doyan berolahraga misalnya lari ataupun bersepeda.
Aku secara pribadi sebagai pengguna strava baru-baru ini, nggak begitu mempermasalahkan fenomena ini.
Dengan adanya joki strava, juga bisa berdampak positif bagi yang doyan berolahraga dapat menyewakan jasanya ini karena dapat menghasilkan cuan.
Cuma yang perlu menjadi perhatian adalah, fokuskan pada olahraganya. Dapatkan manfaat kesehatannya dari berolahraga. Strava menurutku hanya sebagai media ataupun alat yang dapat memotivasi kita agar lebih bersemangat dalam berolahraga.
Soal pencapaian atau rasa haus untuk mendapatkan pengakuan dari sosial media, rasanya kok kurang pas. Apabila kita tidak benar-benar melakukan olahraga dan mendapatkan manfaat kesehatannya.
Silahkan tinggalkan komentar