Part 2: Hari Bahagia (Wisuda)
[Pengalaman Pribadi]
Cerita ini merupakan lanjutan dari cerita https://saktian.com/part-1-hari-bahagia/ yang sudah 2 tahun lalu aku menulisnya di blogku ini, lantaran sempat lupa membayar domain dan hosting yang mengakibatkan blogku dan semua tulisannya hilang. Jadi aku menulis ulang di blog baruku yang mana masih memakai nama domain yang sama dengan blog lama 😀
Akhirnya aku bisa melanjutkan kembali ceritaku ini, selamat membaca. Aku harap kalian menyukai tulisanku 🙂
Lamunanku terbuyar tatkala namaku dipanggil untuk maju kedepan mimbar, didepan sana sudah terlihat direktur beserta wakil direktur yang tengah berdiri hendak menyambut para wisudawan-wisudawati untuk memindahkan tali toga dari kiri dan kanan sebagai bukti bahwa mahasiswa telah sah diwisuda. Sebelum wisuda aku sempat mencari tahu diinternet pemindahan tali toga dari kiri ke kanan ini memiliki makna yaitu agar kita setelah menjadi sarjana, tidak hanya menggunakan otak kiri saja (yang sering dipake sewaktu masih menjadi mahasiswa untuk menghafal materi). Namun juga harus lebih banyak menggunakan otak kanan atau keduanya. karena otak kanan berhubungan dengan kreativitas, inovasi serta imajinasi.
Juga berhubungan dengan pekerjaan yang harus dipilih para lulusan. Para sarjana tidak hanya memakai otak kiri saja atau hanya bekerja pada orang lain dengan tanpa kreativitas. Namun mereka harus mampu berpikir luas, kreatif, menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
***
Beberapa jam yang lalu, aku telah tiba di parkiran pendopo kabupaten kendal tempat dimana para mahasiswa Akper Muhammadiyah Kendal akan segera diwisuda. Jam segini ternyata sudah cukup ramai oleh para panitia beserta fotografer. Para wisudawan yang hendak diwisuda pun hanya beberapa orang saja yang terlihat sudah berangkat. Tak lama kemudian ketika aku hendak mengambil pakaian wisuda dari sepeda motor, seseorang muncul dengan pakaian batik, celana hitam serta sepatu pantofel hitam. Nampak ia tengah sedang menenteng tas beserta kamera bermerk Cannon.
“Yo bray!” Sambutnya seraya mengepalkan tangannya dengan tanganku
“Lhoh no, yang lain belum pada sampai? Wait, kamera?” Kata ku dengan menunjuk kamera yang ia bawa
“Iyo bray, belum pada datang. Oh ini punya si ayuk ndud” balasnya
“Oh, yang lain belum datang kah?” Tanyaku
“Belum bray, Resha dan Taufiq juga belum pada nongol”
Kemudian kami berjalan mengelilingi sekitar pendopo, terlihat disekitar pintu masuk sana terpampang berbagai macam karangan bunga dari berbagai instansi kesehatan yang salah satunya karangan bunga dari rumah sakit dimana kami pernah melaksanakan praktek keperawatan.
Berkali kali aku memencet tombol shutter dari kamera yang aku bawa, menjepret gambar serta mengambil beberapa footage video untuk mengabadikan moment.
Terlalu manis untuk dilewatkan..
Tak lama berselang kedua teman kami pun datang, Resha dan Taufiq. Mereka berdua tampak terlihat berseragam dengan mengenakan hem putih panjang dipadukan dengan celana panjang hitam dengan sepatu pantofel hitam.
“Haha seragam tai cicak” ucap rino berkelakar
“Maba ya kak?” Tak kalah heboh aku menimpalinya
Mereka berdua pun hanya membalasnya dengan gelak tawa
Dan dari belakang mereka datang dua orang wanita yang ternyata itu adalah kekasih dari Resha dan Rino. Sembari menunggu acara wisuda dimulai, kami semua bercanda gurau di parkiran. Tampak Vina dan Intan begitu akrab, padahal mereka baru saja kenal. Mungkin karena kekasih mereka berdua adalah seorang sahabat seperjuangan dalam mengenyam bangku perkuliahan. Aku yang melihat hal tersebut menyunggingkan senyum kecil
“moment yang indah” gumamku.
Tak lama berselang panita meminta para wisudawan untuk segera melakukan gladi bersih, mengingat sebentar lagi acara wisuda akan segera dimulai. Sempat terjadi sedikit drama dimana peniti lencana wisudaku dan beberapa teman yang lain terlepas, termasuk lencana wisudanya si Taufiq. Sempat merasa sedikit panik. Namun pada akhirnya pihak panitia mau membelikan lem perekat untuk menempelkan ke lencana wisuda. Case closed, aku kembali tenang.
Kini para wisudawan/wisudawati tengah berbaris di pintu masuk pendopo. Kami para wisudawan/wisudawati berjalan perlahan sesuai dengan iringan lagu yang dinyanyikan oleh temen-temen paduan suara dari adik tingkat. Didalam pendopo kini sudah tampak ramai oleh para orangtua beserta keluarga para wisudawan/wisudawati. Terasa sekali atmosfer bahagia diruangan ini, dimana para orangtua beserta keluarga tamu undangan melihat secara langsung prosesi wisuda dimana yang akan diwisuda adalah putra/putri mereka.
Dan kini, aku tengah terduduk di kursi wisudawan/wisudawati bagian paling depan, kursi ini telah disusun rapi oleh pihak panita sesuai dengan peringkat IPK dari yang tertinggi sampai IPK terendah.
Aku duduk seorang diri sebagai seorang laki-laki satu-satunya yang duduk paling depan dihimpit para cewek-cewek peraih peringkat sepuluh besar teratas. Sungguh tidak menyangka aku bisa duduk disini,
***
“Dhe, ayo ke belakang bentar. Sudah tak tahan” Ucap resha mengajakku ke belakang.
“Ayo, aku juga” Kami berjalan keluar dari rombongan para paduan suara.
Cukup lama kami keluar karena lokasi dari tempat wisuda dan kamar kecil cukup jauh karena berbeda gedung. Setelah kami kembali ke barisan paduan suara, orang-orang berkata
“Lho lha ini Yusufnya”
“Hah?” tanyaku penasaran ada apa ini
Kemudian aku disuruh maju kedepan mimbar untuk menggantikan Rangga yang ternyata sudah berdiri didepan mimbar menggantikanku sebagai mahasiwa berprestasi karena saat namaku dipanggil, aku sedang kebelakang bersama Resha.
Saat aku melihat kearah kerumanan wisudawan dan para keluarga wisudawan didepan sana,
Wow! Jadi seperti ini rasanya sebagai mahasiswa berprestasi. Berdiri didepan banyak orang bersama orang tua dan dosen..
Sesuatu yang dulu sangat aku impikan karena melihat sebuah foto dari postingan facebook kakak kelasku sma yang mendapat mahasiswa berprestasi yang kebetulan ditempat ini juga.
Aku mendapat predikat mahasiswa berprestasi tingkat 1 bersama salah seorang temanku.
***
Namun itu dulu, setelah merasakan kerasnya praktik lapangan, serta berkutat di depan laptop untuk mendapatkan penghasilan sendiri dari ngoding, ngeblog, freelance, dll. Aku mulai jadi mahasiswa pemalas, tidak lagi memperdulikan nilai dan persepsiku pun mulai berubah, tidak sekedar nilai yang harus dicari melainkan juga relasi.Relasi untuk mendapatkan pekerjaan.
Alhamdulillah, tak disangka kini bisa duduk di kursi peringkat sepuluh besar.
Satu persatu prosesi wisuda telah dilaksanakan, nama-nama kamipun dipanggil satu persatu untuk maju kedepan untuk memindahkan tali toga serta mendapatkan plakat dan transkrip nilai. Saat prosesi wisuda tengah memasuki bagian akhir yaitu sambutan-sambutan,
Prosesi wisuda pun akhirnya telah usai, secara sah kami semua kini telah menjadi seorang alumni. Para wisudawan beserta sanak saudara maupun kerabat dekat yang lainnya tengah sibuk berfoto bersama untuk mengabadikan momen.
Tidak terkecuali denganku yang sedari tadi pagi kebanyakan motret temen-temen kini cukup kebingungan mencari orang untuk memotretku bersama adik dan ibukku.
Tak lama berselang dari kerumunan orang, aku menemukan Taufiq, langsung saja aku memintanya untuk mengabadikan momentku bersama keluarga. Setelahnya, adik dan ibuku memutuskan untuk langsung pulang, sedangkan aku memilih untuk tetap stay di tempat ini untuk ngobrol santai dengan teman-teman serta untuk mengabadikan moment.
Dan ini dia, aku sebagai kang foto untuk teman-temanku hahaha..
sungguh indah dhe but wait .. bagian foto man teman 3 sungguh .. ah sudahlah
Aah kamu, sungguh sangat teliti betul
wah mantap a yusuf akhirnya wisuda juga.. kemarins empat denger kan a yusuf baru ngerjain skripsi yaa ehehhee.. akhirnya pecah telur juga yaaa
wah kendal, kota kelahiran saya mas..jadi inget alun alun kendal nih
Kendalnya mana mas sampean? Hehe 😁